
Tidak banyak orang tahu. Di pedalaman Banten, tersembunyi sebuah kampung yang kini ditinggalkan. Sepi. Sunyi. Dan—jika kau percaya—angker. Namanya Susukan, sebuah nama yang mungkin terdengar biasa, sampai kamu menapakkan kaki di sana. Lalu semuanya berubah.
Warga menyebutnya kampung mati. Tapi entah kenapa, tempat itu justru terasa terlalu… hidup.
Dulu Ramai, Sekarang Ditinggal

Kampung Susukan terletak di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten. Dulu, desa ini adalah tempat yang damai. Anak-anak berlarian di jalan setapak, ibu-ibu menjemur padi, dan laki-laki sibuk memancing di sungai kecil di belakang rumah.
Namun segalanya berubah ketika pemerintah memutuskan membangun Waduk Karian—sebuah proyek raksasa yang menenggelamkan banyak wilayah. Termasuk Susukan.
Perlahan tapi pasti, rumah-rumah dikosongkan. Warga direlokasi. Tapi tidak semua pergi dengan tenang.
Yang Tertinggal di Balik Tembok Kosong
Kampung itu tidak sepenuhnya kosong. Ada sesuatu yang tertinggal. Sesuatu yang… tidak bisa ikut pindah.
Beberapa warga yang sempat kembali ke rumah lamanya menceritakan hal-hal aneh. Suara kursi yang diseret dari dalam rumah. Bisikan di kamar yang tak berpenghuni. Dan yang paling menakutkan: suara tangisan anak kecil di tengah malam—padahal tidak ada anak di sana.
Mereka tak kembali lagi sejak itu.
Rumah Tanpa Penghuni, Tapi Tak Pernah Sepi
Rumah-rumah di Susukan masih berdiri. Sebagian besar dibiarkan begitu saja, tanpa jendela, tanpa pintu. Dindingnya mulai retak. Rumput liar tumbuh menelan lantai dan halaman. Tapi lebih dari itu, yang membuat bulu kuduk berdiri bukanlah pemandangannya. Melainkan suasana yang dibawanya.
Beberapa orang merasa diawasi. Ada yang mendadak menggigil, seperti ada hawa dingin menembus tulang. Padahal cuaca sedang panas. Anehnya, semua itu hanya terjadi di sana.
Si Penunggu di Balik Pohon Jati
Cerita paling menyeramkan datang dari seorang warga tua yang enggan pindah. Ia tinggal sendirian di satu-satunya rumah yang masih dihuni. Menurutnya, setiap malam pukul dua, ada sosok tinggi besar berdiri di balik pohon jati tua tak jauh dari rumahnya. Diam saja. Mengamati.
Dia tidak pernah berani mendekat.
Ada Ular. Banyak. Tapi… Aneh
Hal lain yang bikin ngeri? Ular. Bukan satu atau dua. Tapi belasan. Dan bukan sembarang ular. Kobra.
Banyak yang percaya ini bukan sekadar fenomena alam. Dalam budaya lokal Banten, ular kerap dianggap sebagai makhluk penjaga dunia gaib. Konon, jika kampung lama diganggu, para “penjaga” ini akan muncul sebagai peringatan.
Dan memang benar, ular-ular ini tidak agresif. Mereka hanya muncul. Lalu menghilang.
Waduk Karian: Tenggelamkan Sejarah, Bangkitkan Misteri
Proyek Waduk Karian telah mengubah segalanya. Sungai-sungai dibendung, hutan dibabat, dan kampung-kampung tenggelam. Tapi satu hal yang belum bisa ditenggelamkan: kenangan.
Dan juga, barangkali, roh-roh yang belum siap pergi.
Kampung Ini Tak Akan Mati
Meskipun secara administratif kampung ini sudah hilang dari peta, kisahnya justru menyebar. Masuk ke forum-forum misteri, menjadi bahan eksplorasi para YouTuber horor, bahkan masuk dokumenter. Mereka datang, mengambil gambar, membawa cerita. Tapi banyak juga yang kembali dengan mimpi buruk.
Satu fotografer pernah mengaku kamera miliknya mati total saat hendak memotret dinding rumah yang ada bekas coretan merah. Ketika dicek, baterai penuh. Setelah keluar dari kampung itu, kamera hidup kembali. Ia tidak pernah kembali ke sana.
Apakah Ini Benar-Benar Kampung Berhantu?
Tentu saja ada yang skeptis. “Ah, itu cuma kampung kosong,” kata sebagian orang. Tapi siapa pun yang pernah datang akan bilang lain. Bukan hanya karena sunyinya. Tapi karena rasa sesak yang muncul begitu kamu berdiri di tengah-tengahnya. Seolah-olah… kau tidak sendiri.
Bukan cuma karena bangunan tua. Tapi karena energinya.
Pesan Terakhir: Jika Kau Datang… Jangan Lupa Pamit
Beberapa pejalan spiritual menyarankan, jika kamu ingin berkunjung ke Susukan, jangan lupa permisi. Bukan kepada warga. Tapi kepada mereka yang tak terlihat.
Dan satu hal lagi: jangan ambil apa pun dari sana—bahkan batu kecil.
Penutup
Kampung Susukan mungkin telah mati di mata pemerintah. Tapi di mata mereka yang percaya, kampung itu tetap hidup. Tapi bukan dengan cara yang bisa dimengerti. Ia hidup dalam kesunyian. Dalam cerita-cerita yang dibisikkan. Dalam bayangan yang melintas di malam hari.
Dan jika suatu saat kamu lewat di dekatnya, dan merasa seperti ada yang mengawasi… mungkin kamu baru saja melewati Susukan.
Misteri Pohon Beringin Kembar dan Masangin di Alun-Alun Selatan Yogyakarta