Menara Saidah: Ketika Gedung Mewah Berubah Jadi Rumah bagi Misteri
June 8, 2025

Kamu tahu rasanya ketika melewati suatu tempat dan tanpa alasan jelas, bulu kudukmu berdiri?

Itu yang saya rasakan tiap kali melintasi Cawang. Di sana, berdiri sebuah gedung tinggi yang megah, tapi sunyi seperti makam batu. Namanya—Menara Saidah. Gedung 28 lantai ini dulunya pusat aktivitas, tapi kini… ia hanya diam, memandang ribuan kendaraan lalu lalang di sekitarnya.

Saya bukan orang yang percaya hantu. Tapi cerita-cerita tentang gedung ini terlalu banyak untuk diabaikan begitu saja.


Dari Gracindo ke Saidah

Awalnya, gedung ini bukan Menara Saidah. Namanya Gedung Gracindo, dibangun di era 90-an saat Jakarta sedang giat membangun pusat bisnis baru. Fasadnya beda sendiri: kolom besar ala Romawi berdiri gagah, memberi kesan aristokrat di tengah beton dan kaca ibu kota.

Kemudian berganti nama setelah berpindah tangan ke keluarga Saidah. Tapi entah kenapa, tidak lama setelah renovasi rampung, gedung ini malah kosong. Sepi. Mati gaya. Tahun 2007, semua aktivitas di dalamnya berhenti.

Orang mulai bertanya, “kenapa?”


Isu Miring, dan Mulut yang Tak Pernah Sepi

Yang paling sering disebut: struktur bangunannya miring. Katanya, lantai-lantainya nggak presisi. Orang kerja di sana merasa pusing, bahkan ada yang sampai muntah.

Tapi anehnya, tidak ada laporan resmi dari pemerintah atau lembaga konstruksi. Semua hanya cerita—beredar dari mulut ke mulut.

Dan di Indonesia, jika sebuah gedung mewah tiba-tiba ditinggalkan tanpa alasan yang pasti… kamu tahu ke mana arah pembicaraannya, kan?


Kisah Lift yang Berjalan Sendiri

Kalau kamu tanya orang yang pernah masuk ke dalam Menara Saidah—entah satpam, pegawai dulu, atau anak-anak uji nyali—cerita pertama yang keluar hampir pasti soal lift.

Lift yang bergerak sendiri, naik turun tanpa perintah. Kadang berhenti di lantai yang tidak pernah disebut di peta. Ada yang bilang, “lift itu suka bawa kamu ke lantai 13, padahal gedung ini nggak punya lantai 13.”

Merinding? Tunggu dulu.


Perempuan Berbaju Merah

Cerita ini nyaris menjadi urban legend tersendiri.

Beberapa penjaga malam bilang sering melihat wanita berbaju merah, rambut panjang, berjalan lambat dari ujung lorong. Ia tidak bicara. Tidak menyapa. Tapi tatapannya menusuk seperti tahu kamu siapa.

Salah satu satpam tua bahkan bersumpah, wanita itu muncul di CCTV tapi hilang dalam hitungan detik begitu dikejar.

Kamu boleh tidak percaya. Tapi mereka yang melihatnya… tidak pernah bercanda soal ini.


Malam, Tangisan, dan Lorong yang Menggema

Ada satu area di Menara Saidah yang katanya lebih “aktif” dari lantai lain: basement. Di sinilah suara-suara aneh sering terdengar.

Tangisan. Teriakan lirih. Kadang seperti bisikan dekat telinga.

Seorang anak konten kreator yang pernah nekat masuk bilang, “awal-awal sih biasa aja. Tapi makin dalam turun, hawanya kayak makin berat. Aku ngerasa kayak ada yang ngikutin dari belakang.”

Dan sejak itu, katanya, ia tak pernah berani edit videonya sendirian lagi.


Puncak yang Tak Pernah Sepi

Kamu pikir rooftop di gedung kosong itu cuma tempat angin lewat?

Konon, di atas sana sering terlihat bayangan hitam seperti manusia bertubuh besar, bersayap, yang berdiri di tepi atap. Kalau kamu berani naik ke lantai 28—yang katanya susah banget aksesnya—siapkan nyali.

Banyak yang mengaku melihat sosok itu melompat ke udara… lalu menghilang. Tidak ada suara. Hanya keheningan yang mendadak terlalu tebal.


Kenapa Tidak Dibongkar atau Disewakan Lagi?

Ini pertanyaan yang logis. Lokasinya strategis, lahannya luas, dan masih berdiri kokoh. Tapi selama lebih dari 15 tahun, Menara Saidah tidak pernah disentuh siapa pun.

Apakah ini karena alasan hukum? Bisa jadi.

Tapi sebagian besar warga percaya: ada hal lain yang menjaga tempat ini tetap diam. Bukan hanya karena tidak laku. Tapi karena memang tidak boleh.


Urban Legend atau Kenyataan yang Terlalu Seram?

Saya tidak bisa bilang cerita-cerita ini benar atau tidak. Tapi satu hal yang pasti: semakin banyak yang membahasnya, Menara Saidah makin hidup dalam bayangan kolektif orang Jakarta.

Ia bukan hanya bangunan tak terpakai. Ia simbol dari kemewahan yang redup, dan misteri yang tak pernah punya jawaban pasti.

Bahkan sekarang, kalau kamu lewati tol di sekitar Cawang malam-malam, coba lirik ke arah kanan. Kadang, dari jendela lantai 14, tampak satu cahaya kecil. Seperti dari lampu ruangan.

Tapi ingat… gedung itu sudah mati sejak lama.

Misteri Kampung Susukan: Desa Mati yang Tak Pernah Benar-Benar Sepi