Candi Batujaya: Ketika Langkah Kaki Tertahan oleh Sesuatu yang Tak Terlihat
June 12, 2025

Ada tempat di Karawang yang tak banyak orang tahu. Letaknya jauh dari keramaian kota, di tengah bentangan sawah yang sunyi. Namanya Candi Batujaya, sebuah situs kuno yang katanya peninggalan Kerajaan Tarumanagara. Tapi, buat banyak orang yang pernah ke sana, ini bukan cuma soal sejarah. Ada hal-hal aneh yang terasa sejak pertama kali menjejakkan kaki.


Pertama Kali ke Sana, Rasanya Beda

Saya masih ingat saat datang ke Candi Jiwa—bagian paling ikonik dari kompleks Batujaya. Udara di sekitarnya terasa… berat. Bukan panas atau pengap, tapi semacam tekanan aneh di dada. Aneh banget, karena langit cerah, sawah hijau, dan suara jangkrik bersahutan, tapi suasana nggak pernah benar-benar tenang. Ada kesan seperti ada yang ngamatin dari kejauhan.

Bahkan temen saya sempat bercanda, “Ini tempat kayak bukan di dunia nyata, ya?”

Saya cuma bisa ketawa kecil, padahal dalam hati saya ngerasa juga begitu.


Cerita Penduduk Lokal yang Bikin Merinding

Waktu istirahat di warung dekat candi, kami ngobrol sama ibu pemilik warung. Beliau cerita hal yang bikin kami langsung diem:

“Kalau kamu berani, coba aja datang tengah malam ke Candi Jiwa. Kadang ada cahaya bulat kecil muter-muter, kayak bola api. Tapi jangan dikejar, ya. Yang ngejar biasanya nggak balik…”

Saya pikir itu cuma mitos, tapi wajah ibu itu serius banget. Katanya lagi, ada orang-orang yang pulang dari sana sambil linglung, ngomong sendiri, atau bahkan nggak ingat mereka ngapain.


Aroma Dupa Tanpa Asal, dan Suara dari Dalam Tanah

Yang aneh, pas kami jalan di sekitar candi—padahal nggak ada orang lain—tiba-tiba tercium bau dupa. Bukan samar-samar, tapi jelas banget. Kami saling lihat. “Ada yang bakar dupa?” Tapi setelah muter-muter, nggak ada siapa-siapa. Nggak ada bekas bakaran juga. Anehnya, setelah bau itu hilang, suasana jadi makin sunyi. Bukan hening, tapi lebih ke mencekam.

Satu temen saya, yang agak peka, bilang dia denger suara samar dari dalam tanah. Seperti doa atau nyanyian. Tapi ketika dia berhenti dan dengerin lebih fokus, suaranya hilang. Saya pribadi nggak denger apa-apa, tapi merinding? Iya, banget.


Jejak yang Nggak Ada, Tapi Rasanya Diikuti

Pas kami duduk di batu-batu kecil di sisi luar Candi Jiwa, salah satu dari kami—Dian—tiba-tiba berdiri dan nengok ke belakang.

“Ada orang?” tanyanya pelan.

Kami lihat ke arah yang sama. Kosong.

Dia bilang dia merasa ada yang jalan pelan-pelan mendekat dari belakangnya. Tapi nggak ada suara langkah. Dan yang bikin dia panik, hawa di belakangnya kayak napas seseorang… dekat banget.


Larangan yang Sering Diabaikan Tapi Bikin Celaka

Warga setempat biasanya ngasih peringatan halus ke pengunjung: jangan ngomong sembarangan, jangan ambil batu atau tanaman dari sekitar area candi, dan hindari masuk ke titik tengah Candi Jiwa saat senja. Kami tanya kenapa?

Katanya, banyak orang jadi sial setelah melanggar. Ada yang kecelakaan, ada yang sakit tanpa sebab, bahkan ada yang kesurupan di tempat lain, tapi katanya “dibawa pulang” dari situ.

Teman saya, yang sempat ambil batu kecil buat oleh-oleh, akhirnya membuangnya ke sungai dua hari kemudian. Setelah malam itu, ia mimpi ketemu sosok tinggi besar dengan wajah gelap dan mata merah. Dalam mimpinya, sosok itu bilang: “Balikin yang bukan milikmu.”


Candi atau Gerbang ke Dimensi Lain?

Beberapa orang percaya bahwa Candi Jiwa bukan cuma situs sejarah. Bentuknya yang melingkar—nggak seperti candi pada umumnya—katanya seperti stupa, pusat energi spiritual. Beberapa praktisi meditasi bahkan bilang kalau tempat itu berada di jalur energi bumi, dan pada waktu tertentu bisa “terbuka” ke dimensi lain.

Saya pribadi nggak tahu pasti soal itu. Tapi waktu duduk di dekat pusat candi saat senja, saya benar-benar ngerasa waktu melambat. Matahari turun pelan banget, suara alam menghilang sedikit demi sedikit. Rasanya seperti… berada di antara dua dunia.


Kesimpulan: Ada Tempat yang Tak Perlu Dipahami, Cukup Dihormati

Buat saya, Candi Batujaya adalah tempat yang menyimpan terlalu banyak cerita yang tak bisa dijelaskan. Ilmu arkeologi mungkin bisa menjelaskan asal-usul batu bata atau fungsinya dalam konteks sejarah. Tapi bagaimana dengan bau yang muncul tiba-tiba? Sosok yang terlihat sekilas? Atau perasaan diikuti padahal kita sendirian?

Mungkin tempat ini memang bukan untuk dijelaskan. Cukup dirasakan, dan dihormati.

Kalau kamu penasaran dan ingin ke sana, silakan. Tapi ingat satu hal: datanglah dengan niat baik, tanpa arogansi. Karena di tempat seperti ini, kadang yang tak terlihat justru lebih berkuasa dari yang kasat mata.

Goa Belanda & Goa Jepang di Bandung: Jejak Mistis di Balik Hutan Djuanda