
Ada satu tempat di Tambun, Bekasi, yang tidak muncul di brosur wisata atau peta digital, tapi justru sering jadi bahan bisik-bisik warga sekitar. Letaknya agak masuk ke dalam—sekitar 200 meter dari jalan utama—dikelilingi oleh ilalang tinggi dan pagar besi berkarat yang sudah miring ke segala arah. Di baliknya berdiri bangunan tua bertingkat dua, dengan dinding abu-abu pudar dan jendela kosong menganga seperti mata yang terus mengawasi. Warga sekitar menyebutnya: bekas pabrik maut.
Tidak Ada Plang, Tidak Ada Nama, Tapi Semua Orang Tahu
Yang menarik dari tempat ini adalah… tak ada yang tahu pasti nama pabrik tersebut. Tidak ada plang perusahaan, tidak ada bekas papan nama. Tapi hampir semua warga lama Tambun tahu tempat ini. Seakan-akan bangunan ini adalah luka bersama yang tak pernah dibicarakan terang-terangan.
Seorang pria paruh baya yang tinggal tak jauh dari lokasi berkata, “Saya nggak pernah lihat langsung kejadiannya. Tapi malam itu, suara sirine, mobil pemadam, tangisan… semua terdengar jelas dari rumah. Setelahnya, tempat itu berubah total. Bukan hanya jadi kosong, tapi hawanya beda.”
Dugaan Tragedi: Terbakar atau Bocor Gas?

Versi cerita yang beredar di kalangan warga ada beberapa. Satu mengatakan pabrik itu terbakar akibat korsleting listrik di ruang produksi. Yang lain bilang ledakan berasal dari tangki penyimpanan bahan kimia. Dan ada pula yang percaya bahwa bukan kecelakaan biasa, tapi sabotase dari dalam.
Yang pasti: beberapa pekerja tidak pernah keluar dari bangunan itu malam itu. Tidak ada pemakaman massal yang diketahui publik. Tapi konon, keluarga para korban dikunjungi oleh “orang dalam” perusahaan dan diminta untuk tidak menyebarkan cerita.
Sejak Saat Itu, Tempat Ini Tak Pernah Sama Lagi
Pasca insiden itu, bangunan ditinggalkan. Tak ada renovasi. Tak ada upaya membongkar atau menjual. Beberapa warga menduga ada alasan “tidak terlihat” mengapa tempat itu dibiarkan begitu saja. Bahkan pemulung pun enggan masuk ke dalam.
Yang terdengar sejak itu justru kisah-kisah ganjil:
- Suara langkah kaki berat di lantai dua, padahal tidak ada siapa-siapa.
- Asap tipis muncul dari dalam gedung saat malam, seperti jejak api yang tak mau padam.
- Pengemudi ojek daring pernah dapat pesanan dari titik bangunan itu… dan saat ia tiba, tak ada siapa pun.
Cerita-cerita ini tidak tercatat. Tapi di Tambun, mereka hidup dari mulut ke mulut. Seakan-akan tempat itu sendiri tidak mau dilupakan.
Ada yang Berani Masuk?
Beberapa anak muda, terutama yang gemar berburu lokasi horor untuk konten YouTube, pernah mencoba masuk. Sebagian hanya dapat rekaman gelap, suara aneh, dan sorotan lampu senter yang tak menangkap apa pun. Tapi beberapa dari mereka mengaku, malam itu tidak berakhir biasa-biasa saja.
Salah satu testimoni menyebut bahwa setelah masuk ke lantai atas, mereka menemukan benda-benda seperti helm kerja, sepatu bot, dan seragam pabrik yang masih tergantung di gantungan. Padahal gedung itu sudah kosong lebih dari 15 tahun.
Yang lebih mengganggu: salah satu dari mereka sempat melihat sosok duduk di pojokan ruangan, namun hilang saat disenter.
Upaya Renovasi yang Tak Pernah Selesai
Sekitar tahun 2016, kabarnya ada developer yang mencoba membeli lahan tersebut. Bahkan sudah mulai pengukuran. Tapi hanya dalam waktu dua minggu, kegiatan itu berhenti total. Tidak ada penjelasan. Tidak ada papan proyek. Sampai sekarang, bangunan itu tetap seperti dikutuk untuk tidak disentuh.
Warga hanya bisa menebak-nebak. Beberapa bilang para pekerja proyek melihat penampakan. Yang lain bilang, alat berat rusak terus-menerus kalau mendekati lokasi. Ada pula yang percaya bahwa arwah korban kebakaran masih “menjaga” tempat itu.
Misteri yang Sengaja Dikubur?
Lucunya, jika kita cari berita resmi, tidak ada catatan tragedi besar di pabrik Tambun pada tahun-tahun tersebut. Tidak di media nasional. Tidak pula di arsip kecamatan. Apakah memang tidak pernah dilaporkan? Atau ada kesepakatan diam-diam untuk menguburnya?
Seorang pensiunan satpam yang dulu pernah bertugas di sekitar sana berkata, “Yang saya tahu, korban ada. Tapi nggak diangkat ke publik. Diselesaikan dalam diam. Waktu itu katanya demi mencegah kerusuhan atau panik massal.”
Kalimat itu cukup membuat bulu kuduk berdiri. Sebab bagi warga sekitar, tempat itu bukan hanya bangunan kosong—melainkan pengingat diam akan tragedi yang tidak pernah diberi keadilan.
Apakah Tempat Ini Berbahaya?
Secara fisik, iya. Bangunan sudah rapuh, lantai banyak yang berlubang, dan bagian atasnya mengelupas. Secara spiritual? Tergantung siapa yang Anda tanya.
Bagi mereka yang sensitif, tempat itu membuat kepala berat, dada sesak, dan hawa sekitar terasa seperti mengamati kita balik. Seorang fotografer pernah mencoba mengabadikan lokasi ini untuk portofolio. Tapi semua file di kameranya rusak, hanya tersisa satu foto: jendela lantai dua… dengan bayangan gelap di dalamnya.
Kenapa Kita Masih Membahas Ini?
Karena tempat seperti ini bukan hanya soal horor. Ia adalah cerita yang tertinggal. Kisah yang tidak pernah ditulis dalam dokumen resmi. Bangunan yang tidak dihancurkan, tapi juga tidak dipulihkan.
Dan karena dalam setiap kota yang berkembang pesat seperti Bekasi, selalu ada satu sudut yang tidak ingin dilihat terang. Entah karena takut, atau karena merasa tidak ada lagi yang bisa diperbaiki.
Penutup: Mungkin Mereka Tidak Pergi
Setiap malam, saat jalanan Tambun mulai lengang, dan suara kendaraan digantikan oleh angin tipis yang menyusup dari selokan, kadang terdengar samar—seperti derak logam, seperti gesekan sepatu kerja di lantai semen.
Orang bilang itu hanya suara bangunan tua.
Tapi bagi mereka yang tahu sejarahnya… itu bukan hanya suara. Itu adalah sisa dari peristiwa yang belum selesai.
Tersesat di Waktu: Cerita Panjang dari Bendungan Walahar