Gedung-Gedung yang Dikutuk? Misteri Arsitektur Angker di Pulau Jawa
June 3, 2025

Dari luar tampak biasa. Kadang megah. Kadang kosong dan berdebu. Tapi dari dalam? Ada bisikan, ada getaran. Apakah benar bangunan-bangunan tua di Pulau Jawa itu dikutuk? Atau memang sejak awal, mereka bukan dibangun untuk manusia saja?

Pulau Jawa. Jantung sejarah Indonesia. Tempat kelahiran banyak peristiwa besar. Tapi di antara hiruk-pikuk perkembangan zaman, ada bangunan-bangunan tua yang seolah membeku di waktu. Mereka tetap berdiri—diam, dingin, dan… menyeramkan.

Apakah ini cuma efek visual? Atau ada sesuatu yang lebih gelap di balik arsitektur tua dan dinding berlumut itu?


Arsitektur Megah yang Menyimpan Aura Gelap

Gedung-gedung kolonial di Pulau Jawa memang punya estetika unik. Pilar-pilar besar, jendela tinggi, lantai mozaik… semuanya mencerminkan kejayaan masa lalu. Tapi banyak dari bangunan itu justru sekarang dikenal karena satu hal: angker.

Ambil contoh Lawang Sewu di Semarang. Megah, artistik, dan penuh sejarah. Tapi juga terkenal karena kisah-kisah menyeramkan yang mengelilinginya. Ruang bawah tanahnya, konon, jadi tempat eksekusi di masa penjajahan Jepang. Sampai sekarang, banyak yang mengaku melihat penampakan wanita Belanda, atau mendengar suara rantai diseret di tengah malam.

Itu baru satu gedung. Di kota-kota lain seperti Surabaya, Bandung, atau Jogja, gedung-gedung serupa juga punya reputasi serupa. Seolah semuanya… berbagi sesuatu yang tak kasat mata.


Rumah Sakit dan Pabrik Tua yang “Menolak Mati”

RSU Darmo Lama di Surabaya adalah contoh lain. Dulunya rumah sakit bergengsi. Tapi setelah terbakar dan terbengkalai, ia justru menarik perhatian karena suara tangisan yang terdengar tanpa asal. Ada yang bilang mendengar ranjang besi berderit. Ada juga yang mengaku melihat suster tanpa kepala berjalan di lorong gelap.

Di wilayah barat, seperti Sukabumi atau Karawang, banyak pabrik tekstil lama juga menyimpan kisah serupa. Dulu jadi sumber penghidupan. Sekarang sunyi dan menakutkan. Warga sekitar bilang, kadang terdengar suara mesin bekerja padahal bangunan itu sudah mati puluhan tahun.

Salah satu cerita yang beredar: seorang pemuda nekat masuk pabrik tua demi konten YouTube. Ia masuk malam hari, sendirian. Tapi setelah keluar, ia sakit demam tinggi, bicara ngelantur, dan bilang “ada yang marah.”


Apa Benar Ada Kutukan?

Ini pertanyaan yang sering muncul. Apakah tempat-tempat ini memang dikutuk?

Menurut kepercayaan lokal, bangunan yang dibangun tanpa restu alam atau melanggar ‘pakem’ tertentu memang bisa “disimpan” energi negatif. Ada cerita bahwa beberapa gedung dibangun di atas area keramat, atau menggunakan syarat-syarat mistis saat pembangunannya.

Ada pula keyakinan bahwa bangunan yang menyaksikan banyak penderitaan—seperti penjara, rumah sakit jiwa, atau tempat penyiksaan—menyerap “jejak energi” yang kemudian tak pernah benar-benar hilang.

Kutukan? Mungkin. Atau bisa jadi, itu hanya nama lain dari luka sejarah yang belum sembuh.


“Dingin Tapi Bukan Karena AC”

Banyak orang yang masuk ke gedung-gedung ini bilang hal yang sama: hawa dinginnya beda. Bukan seperti ruangan ber-AC. Tapi dingin yang seolah menusuk sampai tulang. Seperti saat kamu berada di tempat yang… bukan cuma milikmu.

Seorang petugas keamanan gedung lama di Jakarta pernah bercerita. Katanya, setiap malam sekitar jam 2 pagi, ia mendengar suara langkah kaki di tangga belakang. Ia sudah cek berkali-kali. Tidak ada siapa-siapa. Tapi suaranya selalu ada. Langkahnya pelan. Teratur.

Ia sudah tidak heran. “Saya anggap saja mereka dulu pernah tinggal di sini. Sekarang cuma mampir lagi,” katanya sambil tertawa tipis.


Bangunan Ditinggalkan = Tempat “Mereka”?

Ada kepercayaan di Jawa, bahwa tempat kosong atau tak dihuni manusia lama-lama akan dihuni oleh makhluk lain. Gedung tua jadi semacam ‘rumah baru’ bagi entitas nonfisik.

Makanya, masyarakat Jawa sering mengadakan ritual bersih desa, atau sekadar menyalakan lampu di rumah kosong. Bukan karena takut, tapi karena ingin menghormati. Supaya tidak ada yang merasa terusik, dan tidak ada yang merasa berhak mengambil alih.

Sayangnya, banyak bangunan tua sekarang dibiarkan begitu saja. Tidak ada aktivitas, tidak ada cahaya. Dan konon, itulah kondisi favorit “penghuni lain.”


Fenomena Uji Nyali: Antara Berani dan Bodo Amat

Media sosial turut mendorong popularitas gedung angker. Anak-anak muda sekarang malah tertarik uji nyali. Masuk ke gedung larangan demi konten. Tapi tidak semua sadar konsekuensinya.

Beberapa di antara mereka mengalami kejadian aneh setelah pulang. Mimpi buruk. Diganggu di rumah. Bahkan ada yang tidak bisa tidur selama berhari-hari. Dan ya, sebagian besar akhirnya percaya bahwa mereka memang tidak sendiri waktu itu.


Apa Gedung-Gedung Ini Masih Bisa Diselamatkan?

Sebenarnya banyak dari gedung-gedung tua ini yang punya nilai sejarah tinggi. Tapi karena stigma angker terlalu melekat, akhirnya dibiarkan rusak, hancur, hilang begitu saja.

Padahal, kalau direnovasi dan diberi pemanfaatan baru—bisa jadi museum, galeri, atau kafe misalnya—bangunan itu bisa hidup kembali. Tapi ya, untuk mengubah citra dari “angker” jadi “bernilai,” butuh usaha lebih.

Dan yang lebih penting, harus dilakukan dengan niat baik. Karena banyak yang percaya, jika tempat itu dibuka lagi dengan penuh penghormatan, maka penghuni lamanya pun bisa “berdamai.”


Penutup: Seribu Cerita, Satu Perasaan yang Sama

Mungkin kita tak akan pernah benar-benar tahu apakah gedung-gedung tua itu dikutuk, dihuni makhluk halus, atau hanya dihantui sejarah panjang. Tapi satu hal pasti—masuk ke sana bukan hal biasa. Ada perasaan aneh. Ada hawa yang beda.

Pulau Jawa akan selalu menyimpan cerita-cerita seperti ini. Dan kita, sebagai bagian dari sejarah itu, hanya bisa memilih: percaya… atau mengabaikan.

Tapi ingat, jika suatu malam kamu melewati sebuah bangunan tua dan tiba-tiba merasa merinding, mungkin… kamu baru saja melewati tempat yang tak sepenuhnya kosong.

Menyusuri Tempat Bersejarah dan Misterius di Sumatra: Cerita, Suasana, dan Hal-Hal Tak Terjelaskan